Membaca “Wabah dan Ṭā‘ūn”: Suatu Pemerkenalan Terjemahan Kitab Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Ākhbār al-Ṭāʿūn
Bagikan

Membaca “Wabah dan Ṭā‘ūn”: Suatu Pemerkenalan Terjemahan Kitab Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Ākhbār al-Ṭāʿūn

Secara keseluruhan edisi terjemahan bahasa Indonesia ini diberi judul: Wabah dan Ṭāʿūn: Tinjauan Ḥadīth, Kedokteran, dan Sejarah (Telaah dan Terjemahan Kitab Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Akhbār al-Ṭāʿūn). Kami berusaha menghadirkan suatu terjemahan yang “loyal terhadap teks” tetapi juga memudahkan pembaca untuk mengerti kandungannya. Sebagai ikhtiar pertama penerjemahan yang dilakukan oleh Jawharuna Institute dan Komunitas NuuN, tentu karya ini mengandung banyak kelemahan. Boleh jadi beberapa bagian yang mengandung unsur-unsur sastrawi terasa agak kaku dan tekstual. Juga kelemahan-kelemahan lain yang mungkin akan lebih mudah ditemukan oleh pembaca.

Islam ialah agama yang amat memperhatikan persoalan kesehatan. Di dalam Islam badan jasmani insan dipandang sesuatu yang tinggi, ciptaan Allah yang harus dijaga dan dimuliakan. Jasad bukanlah sesuatu yang rendah, bukan hal yang boleh diabaikan demi kesempurnaan jiwa.

Pandangan semacam itu melahirkan berbagai pemerhatian yang tinggi terhadap tubuh. Termasuk persoalan kesehatan dan apa-apa yang berkaitan dengannya. Satu di antaranya ialah wabah. Dalam khazanah keilmuan Islam, terdapat banyak sekali ḥadīth yang membahas mengenai wabah. Di antaranya ialah berbagai ḥadīth yang dikumpulkan oleh Ibn Ḥajar al-ʿAsqalānī dalam kitab Badhl al-Māʿūn fī Faḍl al-Ṭāʿūn. Kitab ini kemudian disadur dan dikomentari oleh al-Suyūṭī dalam judul Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Ākhbār al-Ṭāʿūn.

Karya al-Suyūṭī ini dianggap banyak pihak bukan sekadar komentar terhadap karya Ibn Ḥajar, melainkan sebuah karya yang dapat berdiri sendiri. Sebab al-Suyūṭī bukan hanya memberi komentar, tetapi juga membuang apa yang dianggapnya tak bersesuaian, menambahkan beberapa pandangan, dan juga memberi beberapa tambahan maqāmat (berita) mengenai ṭā‘ūn.

Pada tahun 1996, DR. Muḥammad ‘Alī al-Barr (Direktur pada Center for Medical Ethics–International Medical Center–Jeddah), meneliti naskah tulisan tangan salinan dari karya al-Suyūṭī tersebut dan memperbandingkannya dengan karya kedokteran modern. Penelitan dr. ‘Alī al-Barr kemudian diterbitkan oleh Dār al-Qalam, Damaskus. Alur pembacaan dalam tulisan ini merujuk kepada edisi terjemahan bahasa Indonesia dari hasil penelaahan dr.‘Alī al-Barr tersebut.

Sebelum masuk kedalam karya al-Suyūṭī, dr. ‘Alī al-Barr memulakan karangannya dengan membahas sejarah singkat ṭā‘ūn dari berbagai zaman. Dari berita mengenai wabah ini yang tertuang dalam kitab agama-agama, ṭā‘ūn di masa Islam, sampai wabah yang terjadi di masa modern. Termasuk wabah yang menimpa Eropa pada abad ke-19. Penelusuran dr. ‘Alī al-Barr ini memberikan wawasan kepada kita bahwa wabah ṭā‘ūn merupakan sesuatu yang amat besar dan terjadi berkali-kali dalam sejarah kemanusiaan. Hal ini juga memberi kesadaran bahwa wabah bukanlah sesuatu yang pertama kali dihadapi manusia di abad ke-21. Kita dapat bercermin dari berbagai wabah yang terjadi pada masa lalu.

Pada bagian kedua, pentahqīq menghadirkan suatu telaah perbandingan mengenai penyebab ṭā‘ūn menurut kedokteran modern dan ḥadīth nabi. Pembacaan kita terhadap bagian ini tentu perlu menyertakan kehati-hatian. Perbandingan antara ḥadīth yang mengandung kadar kebenaran tertentu dengan sains yang bersifat rasional-empiris dapat jatuh pada sikap rasionalisasi yang tidak terlalu tepat. Atas pertimbangan ini pula, penafsiran jin sebagai bakteri yang dilakukan oleh dr. ‘Alī al-Barr kami sadur. Hal ini untuk menghindari pemahaman yang gamang antara sains dan dalil agama.

Perbandingan yang sama juga dilakukan pentahqīq pada bagian ketiga buku ini, yaitu “Gejala-gejala Ṭāʿūn dalam Tradisi Keilmuan Islam dan Kedokteran Modern”. DR. ‘Alī al-Barr memaparkan beberapa jenis ṭā‘ūn seperti Ṭāʿūn Kelenjar (Bubo atau al-Dablī), keracunan darah atau Septicemia (al-Antān al-Damawī), Ṭāʿūn Paru-paru (al-Ṭāʿūn al-Riawī), Ṭāʿūn Meningitis (al-Ṭāʿūn al-Saḥāyā), dan Ṭāʿūn Kulit (al-Ṭāʿūn al-Jildī). Mula-mula dr. ‘Alī memaparkan berbagai ḥadīth nabi yang menyatakan jenis-jenis ṭā‘ūn ini.

Dari paparan ini kita dapat melihat bahwa berbagai ḥadīth nabi amat tepat menggambarkan wabah ini. Hal ini diikuti dengan penjelasan klinis modern mengenai sang wabah. Dari dua paparan ini kita dapat melihat bagaimana perbedaan dan juga irisan cara pandang (juga fakta) yang terdapat dalam ḥadīth dan suatu penelitian klinis modern. Tentu ada kebenaran-kebenaran yang beririsan, khususnya ditingkat fakta, baik yang terdapat di dalam ḥadīth atau pun penelitian modern. Namun sesungguhnya kita perlu mengabstraksikan kedua pandangan ini hingga ke tingkat metafisika sehingga kita dapat melihat lebih jernih keduanya. Hal ini yang luput atau belum dilakukan oleh dr.‘Alī al-Barr. Persoalan ini juga menjadi semacam “undangan” khususnya bagi para peminat sains Islam untuk menelaah hubungan perkembangsan sains dewasa ini dengan pandangan-alam Islam.

Pola penafsiranyang sama masih kita temukan dalam bagian keempat buku ini, yang boleh jadi cukup terkait dengan keadaan kita sekarang, yaitu mengenai “Karantina dan Ṭāʿūn”. Masyhur dikenal ḥadīth yang menyatakan larangan bagi orang sehat untuk memasuki atau keluar dari wilayah wabah. DR. ‘Alī al-Barr mengaitkan ḥadīth ini dengan penemuan modern mengenai orang tanpa gejala, yang boleh jadi mengangkut virus dan menyebarkannya tanpa sengaja kepada orang lain. Tentu saja dalam pandangan kita, kemungkinan maksud ḥadīth ini ke arah penafsiran dr. al-Barr cukup terbuka. Akan tetapi kita tak dapat menutup kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih luas. Mengingat fakta, kejadian-kejadian, atau apa yang dialami manusia hakikatnya adalah suatu ciptaan (makhluk) Allah semata.

Bagian kelima buku ini telah mulai menukik pada kitab Mā Rawāh al-Wāʿūn fÄ« Ä€khbār al-Ṭāʿūn. DR. al-Barr memberikan semacam daftar koleksi khazanah pemikiran Islam mengenai wabah dan ṭā‘ūn. Bagian kelima ini diberi judul “Karya-karya tentang Ṭāʿūn dan Wabah dalam Tradisi Islam (Turāth)”. Di dalamnya kita dapat melihat berbagai kitab (salinan dan tulisan tangan) yang terdapat dalam tradisi Islam mengenai wabah dan ṭā‘ūn. Banyak dari koleksi ini yang hingga kini belum lagi ditranskrip ke dalam bentuk cetak modern, apalagi diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Khusus mengenai naskah kitab Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Ākhbār al-Ṭāʿūn di bahas pada bagian keenam buku ini, “Naskah Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Akhbār al-Ṭāʿūn”. Hal-hal mengenai kenaskahan kitab al-Suyūṭī ini tertera di bagian keenam ini. Di antaranya berbagai perpustakaan di berbagai belahan dunia yang menyimpannaskah ini; beberapa katalog yang menyebutkan keberadaannya; dan keistimewaan kitab ini. DR. ‘Alī al-Barr juga menyatakan apa saja usaha pentahqīqan (kritik teks) yang ia lakukan terhadap karya ini. Bagian ini amat membantu kita untuk memahami kedudukan karya al-Suyūṭī dalam “peta” khazanah keilmuan Islam, khususnya di bidang kedokteran dan lebih khusus lagi mengenai wabah dan ṭā‘ūn.

Sebelum masuk ke dalam hasil pentahqÄ«qan Mā Rawāh al-Wāʿūn fÄ« Ä€khbār al-Ṭāʿūn, dr.‘AlÄ« al-Barr memasukan “Biografi Imām Al-Suyūṭī” pada bagian ketujuh buku ini. Sangat penting untuk menghargai usaha dr. al-Barr ini, karena ia tak semata-mata menggambarkan perjalanan hidup sang Imām. Melainkan juga menghadirkan suatu biografi intelektual meliputi: biografi kehidupan, karya, guru-guru al-SuyÅ«á¹­Ä«, murid al-SuyÅ«á¹­Ä«, kedudukannya, sifat-sifatnya, kewafatannya, dan berbagai tulisan (kitab) yang memuat biografi dan karya-karya al-SuyÅ«á¹­Ä«. Dari usaha dr. al-Barr ini kita dapat mengenal lebih dalam al-SuyÅ«á¹­Ä«, selain sebagai salah satu penulis TafsÄ«r al-Jalālayn. Kita juga dapat mengetahui kedudukan al-SuyÅ«á¹­Ä« dibanding ulama-ulama lainnya.

Bagian kedelapan, yaitu “Kitab Ṭāʿūn dan Wabah (Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Akhbār al-Ṭāʿūn)” ialah bagian inti dari buku ini. Inilah hasil tahqīq dr. al-Barr terhadap karya al-Suyūṭī. Berbagai catatan kaki dan pola-pola pencatatan lain yang dilakukan oleh dr. al-Barr tetap coba dipertahankan dalam edisi terjemahan meski dengan berbagai penyederhanaan dan penyesuaian agar lebih mudah diserap pembaca.

Pada bagian inilah kita dapat melihat bagaimana al-Suyūṭī mengomentari karya Ibn Ḥajar dan juga komentar lain, termasuk komentar untuk pendapat para dokter (seperti Ibn Sīnā), mengenai wabah dan ṭā‘ūn. Kita dapat merasakan kesungguhan al-Suyūṭī dalam memeriksa berbagai ḥadīth dan beberapa pendapat ‘ulama mengenai masalah yang dibahas. Di dalamnya kita dapat melihat ketelitian dan ketekunan al-Suyūṭī sekaligus memahami bagaimana ḥadīth begitu luas mencapai ilmu kesehatan.

Kitab ini tak hanya memuat fakta-fakta yang kadang “bersesuaian” dengan fakta klinis modern, tetapi juga terdapat petunjuk-petunjuk ukhrawi yang tak dapat digapai oleh sains. Juga unsur-unsur akhlak manusia serta kaitannya dengan adzab Allah. Artinya karya ini melampaui persoalan sains sekular. Dan pada akhirnya keseluruhan Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Ākhbār al-Ṭāʿūn amat penting untuk menjadi cermin bagi kehidupan kita dewasa ini.

Al-SuyÅ«á¹­Ä« juga menambahkan Al-Maqāmah al-Wardiyyah atau berita mengenai ṭāʿūn yang terjadi pada tahun 749 H, disertai penjelasan dan Naẓam Ibn AbÄ« Ḥijlah mengenai peristiwa tersebut. Maqāmah ini menjadi bagian kesembilan dari buku edisi terjemahan. Seluruh bagian ini disampaikan dengan bahasa sastrawi yang menyentuh dan dapat menggambarkan keadaan mencekam di masa terjadinya wabah. Laporan ini tak hanya berisi angka-angka kematian atau laporan berbagai peristiwa saja, tetapi lebih jauh melibatkan rasa. Mengajak kita untuk turut mendegupi kemencekaman yang dialami orang-orang terdahulu ketika wabah mengurung kehidupan. Maqāmah ini tentu amat berbeda dengan hasil penelitian atau pendataan modern yang terlalu “berisik” dengan angka dan amat dingin dalam melaporkan peristiwa.

Buku ini ditutup dengan bagian kesepuluh: “Kepustakaan Imam al-Suyūṭī”. Bagian ini tampak sebagai undangan dr. al-Barr bagi para peminat kedokteran ala nabi (al-Ṭibb al-Nabawī) untuk mengembangkan bidang ini dengan lebih seksama. Di dalamnya terkandung beberapa penelitian yang sudah dicapai mengenai kedokteran ala nabi dan juga karya-karya al-Suyūṭī (selain Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Akhbār al-Ṭāʿūn) di bidang kedokteran. Karya-karya ini tampak seperti wilayah yang belum terlalu banyak dimasuki kaum muslim. Tentu saja kajian lebih mendalam dengan cara pandang yang lebih menyeluruh dan ketat amat diperlukan bagi perkembangan sains Islam, khususnya di bidang kedokteran.

Dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia, penerbit menambahkan prolog dari Ustadz Syamsuddin Arif dan juga epilog dari Ustadz Adnin Armas. Penambahan dua tulisan ini dimaksudkan untuk mewarnai pembacaan terhadap kitab al-Suyūṭī dengan lebih seksama. Juga diharapkan dua tulisan ini dapat memperkuat sudut pandang dr. al-Barr agar kitab al-Suyūṭī ini dapat dibaca secara lebih luas melampaui ilmu kedokteran modern.

Secara keseluruhan edisi terjemahan bahasa Indonesia ini diberi judul: Wabah dan Ṭāʿūn: Tinjauan Ḥadīth, Kedokteran, dan Sejarah (Telaah dan Terjemahan Kitab Mā Rawāh al-Wāʿūn fī Akhbār al-Ṭāʿūn). Kami berusaha menghadirkan suatu terjemahan yang “loyal terhadap teks” tetapi juga memudahkan pembaca untuk mengerti kandungannya. Sebagai ikhtiar pertama penerjemahan yang dilakukan oleh Jawharuna Institute dan Komunitas NuuN, tentu karya ini mengandung banyak kelemahan. Boleh jadi beberapa bagian yang mengandung unsur-unsur sastrawi terasa agak kaku dan tekstual. Juga kelemahan-kelemahan lain yangmungkin akan lebih mudah ditemukan oleh pembaca.

Kami berharap pemerkenalan ini dapat mengantarkan para pembaca untuk memasuki Wabah dan Ṭā‘un dengan lebih seksama.

Insya Allah buku ini akan terbit di pekan kedua bulan April 2021.