Saleh Kamah, pemuda berusia 20-an tahun asal Manado, membulatkan tekad untuk berkeliling dunia pada akhir 1954. Dia mengikuti jejak Lawalata, seorang muda lainnya asal Maluku. Lawalata berjalan kaki demi merengkuh tiap jengkal dunia, sementara Saleh Kamah memilih menggenjot sepeda.
Niat Saleh Kamah untuk mengelilingi dunia bermula dari kegemaran membaca buku. Saleh Kamah mengaku terinspirasi oleh buku-buku tentang perjalanan manusia ke pelbagai tempat antero dunia. Para pengelana di buku-buku itu hampir sebagian besar berasal dari negeri Barat. Saleh Kamah lalu bertanya dalam batin, “Apakah hanya orang Barat saja yang berani melakukan perjalanan itu?” Maka dia berikhtiar mengelilingi dunia sebagai orang Indonesia.
Saleh Kamah memulai perjalanannya dari Makasar, kemudian menyeberang ke Jawa. Saleh Kamah singgah di Yogyakarta. Di sana massa menyambut Saleh Kamah. Ada tujuh pemuda ingin mengikuti jejak Saleh Kamah dan seorang pemudi menyurati Saleh Kamah. Nama Saleh Kamah pun mendadak tenar. Mingguan Minggu Pagi terbitan Yogyakarta edisi 5 Desember 1954 memuat ikhtiarnya mengelilingi dunia.
Perjalanan Saleh Kamah bukan sekadar perjalanan bertujuan wisata untuk mengunjungi tempat-tempat terkenal. Saleh Kamah menetapkan tujuan lainnya: naik haji, kewajiban umat Islam setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Saleh Kamah berkeyakinan perjalanannya bisa terwujud dengan maksud suci itu.
Pada akhirnya, perjalanan Saleh Kamah kandas di Rangoon, Myanmar. Saleh Kamah harus kembali pulang ke Indonesia lantaran tidak mempunyai visa. Persediaan uang Saleh Kamah juga habis sehingga tidak mungkin meneruskan perjalanan. Tapi Saleh Kamah telah memperoleh kekayaan tambahan berupa alat mengenal diri. Pada tiap persinggahan, Saleh berupaya mengenal keunikan orang-orang dan kebudayaannya.
Dari perkenalan dengan orang lain itulah Saleh bisa mengenal diri. Saleh tak hidup sendiri. Saleh di dunia bersama dengan orang lain, berbagi ruang dengan orang lain. Karena itu, Saleh pun berusaha mengenal mereka untuk mengetahui posisinya di tengah-tengah dunia ini. Perjalanan Saleh itu menegaskan dua misi: menjalin hubungan dengan Sang Khalik dan mempererat silaturahmi dengan sesama makhluk.
Saleh Kamah meninggal pada 9 Mei 2011. Saleh pernah bekerja sebagai wartawan Antara dan sempat menulis upayanya mengelilingi dunia dalam buku Catatan Seorang Wartawan. Kisah Saleh juga termuat dalam beberapa media. Berikut ini kami hadirkan salah satu kisahnya di mingguan Minggu Pagi 5 Desember 1954 halaman 19-20.
***
SALEH KAMAH Mengelilingi Dunia Dengan Sepeda Sambil Naik Haji
Belum lagi masyarakat Indonesia selesai digemparkan oleh niat Saudara Lawalata untuk mengelilingi dunia dengan berjalan kaki, kemudian menyusul suatu berita lagi yang menggemparkan yang datangnya juga dari Sulawesi Selatan. Berita ini ialah tentang maksud Saudara Saleh Kamah yang hendak mengelilingi dunia, tidak berjalan kaki, tetapi dengan naik sepeda.
Orang yang tidak percaya pasti akan menduga, bahwa maksud Saudara Saleh Kamah ini, hanya untuk ugal-ugalan saja. Malah ada sementara orang yang mengatakan, bahwa orang yang berbuat itu adalah orang yang sudah putus harapan atau tidak mempunyai pekerjaan. Kata orang yang tidak percaya itu, “Hanya katut-katut (terbawa-bawa—Red.) saja dan supaya namanya terkenal.”
Bukan begitu pembaca. Maksud Saudara Saleh Kamah hendak mengelilingi dunia ini sebetulnya sudah lama dipikir-pikir dengan matang. Kira-kira sudah 6 bulan yang lalu timbul pikiran yang demikian. Apakah yang menyebabkan sampai ia mempunyai pikiran yang demikian? Begini pembaca.
Mula-mula Saudara Saleh Kamah ini membaca buku-buku tentang ekspedisi ke Kutub Utara dan buku-buku yang lain yang semacam itu. Lama-lama ia pikir-pikir, bagaimana kalau ia sendiri mengelilingi dunia. Apakah hanya orang-orang Barat saja yang berani melakukan perjalanan itu. Keyakinannya, bahwa bangsa kita sendiri harus pula dapat mengimbangi orang Barat itu tambah hari tambah besar. Keyakinannya ini makin menjadi, ketika tersiar kabar, bahwa Kapten Rahasia dari Divisi Wirabuwana juga bermaksud akan mengelilingi dunia dengan kapal layar yang terus disusul oleh Saudara Lawalata.
Sebetulnya Saudara Saleh Kamah ini sebelum Saudara Lawalata berangkat, sudah diajak turut, tetapi ajakan itu ditolaknya, karena terlalu berat dan makan waktu lama. Kata Saudara Lawalata paling sedikit 10 tahun. Oleh karena itu Saudara Saleh Kamah tidak jadi turut.
*
Saudara Saleh Kamah dilahirkan pada 18 Agustus 1934 jadi sekarang baru berumur 20 tahun, lebih 3 ½ bulan. Ia adalah anak yang nomer 4 dari keluarga Kasim Kamah. Sambil sekolah di SMA-C Partikelir di Makassar, ia sudah pernah bekerja, yaitu sebagai pembantu redaktur pada surat kabar Pedoman Rakjat yang dipimpin oleh Saudara Henk Rondonuwu dan Saudara F. Manuhua, dan belakangan ini pindah menjadi pembantu redaktur pada surat kabar Tindjauan yang dipimpin oleh Saudara Hassan Usman.
Waktu penulis bersama-sama bekerja di Pedoman Rakjat, maka Saudara Saleh Kamah ini terkenal sebagai orang yang pendiam, tidak banyak cengcong dan selalu mengalah (sabar). Sesudah bekerja siang, ia terus masuk sekolah. Kini ia duduk dalam klas (kelas—Red.) III.
Sebelum Saudara Saleh Kamah memulai perjalanannya itu, ia belum dikenal orang banyak, kecuali teman-temannya sekolah dan dari surat-surat kabar yang ada di Makassar. Sampai sekarang ini ia masih bujang dan belum mempunyai pikiran sama sekali untuk kawin, bahkan kepingin mempunyai kekasihpun belum nampak.
Lebih-lebih sebelum perjalanannya itu diselesaikan. Dalam penghidupannya sehari-hari, ia memang suka berolah raga dan permainan-permainan seperti beridjen. Selain itu juga ia suka mengarang, membikin sajak-sajak yang telah beberapa kali dimuat di dalam surat kabar, baik di Makassar sendiri, maupun di majalah-majalah yang terbit di luar Sulawesi.
Saudara Saleh Kamah mempunyai ibu tiri. Ibunya sendiri, yaitu istri yang pertama dari Bapak Kasim Kamah, mempunyai 5 orang anak, sedang ibu Tirinya dianugerahi 6 orang anak. Sampai sekarang Saudara Saleh Kamah momok pada kakaknya yang pertama, yaitu Saudara Ali Kamah wartawan Antara Makassar.
Pemuda pemberani yang kita perkenalkan ini adalah asal dari Menado (Manado—Red.). Ibunya adalah kelahiran dari Gorontalo sedang ayahnya dari Menado. Tetapi sebetulnya Saudara Saleh Kamah ini mempunyai darah Arab. Nenek laki-lakinya, yaitu ayah dari Kasim Kamah adalah keturunan Arab. Makanya juga keluarga Kasim itu memeluk agama bangsa Arab, yaitu agama Islam, dan tidak setengah-setengah, tetapi sangat setia.
Demikian setianya, sehingga dalam perjalanannya sekarang ini ia tidak lupa membawa Kitab Suci Qur’an yang sangat kecilnya dan dikalungkan pada lehernya. Katanya, untuk menjaga jangan sampai di tengah-tengah jalan mengganggu perempuan. Ini memang salah satu pesan dari keluarganya yang ada di Makassar, yaitu jangan sekali-sekali main-main dengan perempuan. Akan sial, katanya. Maksudnya nanti tidak akan tercapai.
Kalau kita bertanya kepada Saudara Saleh Kamah apa yang mendorongnya mengelilingi dunia dengan naik sepeda itu, ialah terutama sebagai warga negara dari sesuatu bangsa yang berkebudayaan, ia ingin sekali memperkenalkannya kepada dunia luar. Selain itu juga ia ingin mengenal kebudayaan negara-negara asing dari dekat. Terutama ia ingin sekali mengetahui apakah sebenarnya yang terselip dalam kota-kota dunia yang besar, seperti Kairo, Paris, London, New York, dan lain-lain. Sedikit contoh perhatiannya terhadap kebudayaan kita.
Bagi telinga orang Sulawesi pada umumnya, dan Saudara Saleh khususnya perkataan ‘Puteri Solo’ itu mempunyai makna yang dalam. Makanya sewaktu ia datang di Solo, pertama-tama yang ditanyakan kepada orang di sana ialah apa artinya ‘Puteri Solo’ itu. Sekarang ia telah mengetahui bahwa yang dimaksud dengan perkataan ‘Puteri Solo’ itu, ialah cara memakai pakaiannya, cara bersoleknya dan lenggangnya. Demikian katanya.
Dari sambutan-sambutan sampai di Yogyakarta yang boleh dikatakan sangat hangat ialah Makassar dan lebih-lebih Yogya. Ia tidak mengira, bahwa pemuda-pemuda Yogya begitu besar perhatiannya terhadap perjalanannya itu. Ini ternyata dari jumlah pemuda-pemuda yang ingin ikut keliling dunia dan tidak kurang dari 7 orang itu. Menurut keterangannya sendiri, memang sudah menjadi maksud Saudara Saleh Kamah sebelum meninggalkan Makassar, untuk mengajak seorang teman dari Jawa dan satu lagi dari Sumatera. Keputusan ini dianggapnya penting, karena jika di luar negeri nanti ia ditanyai tentang keadaan atau kebudayaan di Indonesia, ia dapat menjawab. Makanya ia mengambil seorang teman dari Yogya, karena dipandangnya Yogya itu adalah pusat perjuangan dan pusat kebudayaan. Dengan pertimbangan yang sama pula ia akan mengambil seorang teman dari Bukittinggi.
Demikian besar perhatian pemuda Yogyakarta terhadap perjalanannya, sehingga tidak saja pemuda-pemuda tetapi juga pemudi-pemudi menaruh perhatiannya. Selama 5 hari di Yogyakarta, setiap hari Saudara Saleh Kamah menerima surat-surat dari pemudi kita, yang semua itu selain menyatakan penghargaannya yang sebesar-besarnya terhadap niat Saudara Saleh itu, tetapi juga sementara gadis yang setengah simpati kepada person Saleh Kamah, kalau tidak boleh dikatakan setengah meminang. Ada pula yang mengira bahwa Saudara Saleh Kamah itu seorang bintang film, ada lagi yang menyatakan keinginannya untuk ikut. Yang belakangan ini adalah gadis dari 15 tahun. Kata gadis itu, “Saya mau jadi istrinya, kalau saya diperbolehkan ikut bonceng. Ingat Saudara Saleh, kalau mas kembali ke tanah air, yaitu paling sedikit 3 tahun lagi, saya sudah dewasa, 18 tahun. Demikian kira-kira permintaan gadis itu. Tetapi buat Saudara Saleh Kamah berat untuk memenuhi permintaan-permintaan itu, sebab katanya mungkin perjalanannya itu putus di tengah-tengah jalan.
Salah satu maksud yang suci yang akan dilaksanakan dalam perjalanannya itu dan dianggap sebagai kewajibannya sebagai orang yang menganut agama Islam, ialah naik haji. Inilah cita-cita Saudara Saleh Kamah yang telah lama menjadi impiannya, tetapi karena keadaan tidak mengizinkan sampai sekarang belum lagi dapat dilakukan.
Saudara Saleh Kamah hari Kamis yang lalu telah meneruskan perjalanannya dengan melalui Magelang, Semarang, Pekalongan, dan begitu seterusnya ke Jakarta. Di ibukota ini ia masih harus mengurus visa dari berbagai negeri yang akan dilewati. Dari Yogya ini perjalanannya telah diikuti oleh Saudara Sajid Ruslan Damardjati, seorang guru sekolah Teknik di Yogyakarta. Seperti juga Saudara Sajid Ruslan Damardjati ini telah mendapat persetujuan bulat dari keluarganya.
Negara-negara yang akan dilewati, yaitu Birma, Pakistan Timur, India Pakistan Barat, Irak, Iran, Mesir, Libanon, Syria, Turki, Yunani, Italia, Swiss, Perancis, Jerman Barat, Nederland, Inggris selanjutnya dari Inggris dengan kapal menuju ke Amerika dan dari San Franscisco terus menuju Jepang, Filipina, Singapura, dan kembali ke Indonesia.
Kalau kita tanya kepada Saudara Saleh Kamah, apakah ia akan mempunyai keyakinan akan tercapainya cita-citanya itu, maka ia dengan tidak ragu-ragu akan menjawab, “Pasti dapat.” Sebab menurut kepercayaannya dengan maksud yang suci itu, ia akan mendapat perlindungan Allah yang Maha Kuasa dan Adil.
Di tiap-tiap negara yang dikunjunginya, ia akan tinggal agak lama supaya dapat mengenalnya dari dekat dan jika kelak sudah pulang kembali ke Indonesia agar dapat membuktikan bakatnya sebagai seorang wartawan dan penulis. Bagaimana di luar negeri nanti ia dapat uang, menurut keyakinannya banyak jalan, asal ada kemauan yang keras untuk bekerja.
Akhirulkalam, kita mendo’akan kepada Saudara Saleh Kamah dan temannya itu, mudah-mudahan Allah selalu melindunginya selama perjalanan. Selamat Jalan.
***