Kuli Angkut: Dari Tukang Keruntung Sampai Ojek Online
Bagikan

Kuli Angkut: Dari Tukang Keruntung Sampai Ojek Online

Kota menggeliat dengan moleknya. Bertebaran lampu-lampu menghiasi langit-langit kota, bermacam aktivitas masyarakat penghuninya. Kota melayani orang-orang yang berkelebihan uang. Semua keinginan dapat digapai, semua kenikmatan dapat dicecap.

Kota menggeliat dengan moleknya. Bertebaran lampu-lampu menghiasi langit-langit kota, bermacam aktivitas masyarakat penghuninya. Kota melayani orang-orang yang berkelebihan uang. Semua keinginan dapat digapai, semua kenikmatan dapat dicecap. Hidup senikmat-nikmatnya, seenak-enaknya, senyaman-nyamannya, seriang-riangnya.

Demi menunjang semua itu, kota menyediakan beragam pelayanan kepada warganya. Tidak ketinggalan pelayanan yang diberikan oleh sektor-sektor informal. Salah satunya adalah kuli angkut barang. Atas nama butuh makan, orang-orang kecil bermodal tenaga badak memilih pekerjaan ini. Mengangkut barang yang beratnya tak kepalang tanggung rela dilakukan demi mengisi perut. Yang penting halal.

Masing-masing untung. Penyewa dan yang disewa berbahagia. Hal tersebut ditandai dengan beberapa lembar uang ribuan yang berpindah tangan dari tangan penyewa ke tangan kuli. Tuan penyewa untung karena tugas kasar tak perlu dilakukan sendiri, tangannya tak perlu kotor. Si kuli untung bukan main sebab dapat mengisi perut anak-beranak di rumah barang sehari.

Lain kota, lain nama, meskipun yang ditunjuk itu-itu juga. Di Jakarta disebut kuli angkut barang, di Medan dipanggil jongos, kalau di Palembang namanya tukang keruntung. Dulu, tukang keruntung memiliki kedekatan dalam keseharian masyarakat Palembang. Sebagai kuli pengantar barang belanjaan dari pasar ke rumah si tuan, pekerja-pekerja ini memiliki citra jujur dan dapat dipercaya. Nilai ini selalu dipegang teguh para tukang keruntung dalam menjalankan usahanya sebagai penjual tenaga.

Nama boleh beda, zaman bisa tak sama, tetapi pekerjaan angkut barang tetap ada. Demi kemudahan dan kemanjaan orang-orang kota yang malas keluar tenaga, jasa angkut selalu lestari jaya. Dulu namanya tukang keruntung, sekarang berganti lebih keren menjadi ojek online. Perannya sama: melayani kemalasan orang-orang kota.  Nasibnya sama: dihargai sebatas tenaga, kadang jauh dari manusia.

Sumber Foto: Majalah Ekspres, 3 Januari 1972, halaman 41—42