Sebagai bangsa yang guyub, mengobrol merupakan bagian dari keseharian. Sementara warung kopi ialah ruang pertemuan tidak resmi di tengah masyarakat kita. Obrolan-obrolan di warung kopi yang biasanya lepas tanpa aturan dan tema namun tetap berpola dalam ketakberpolaannya ini, coba kami adaptasi dalam suatu rubrik. Obrolan Warung Kopi tidak bermaksud menampilkan data-data valid atau informasi lengkap, tetapi mengajak para pembaca melihat hal-hal keseharian dengan lebih sederhana, santai, wajar bahkan jenaka tetapi sambil menemukan kedalaman.
Rubrik ini berusaha menghadirkan sosok teladan bagi Muslim Indonesia. Banyak tokoh Muslim di Kepulauan Melayu Nusantara yang belum diketahui kiprah pentingnya, khususnya yang berasal dari sebelum abad ke-20. Mengenal teladan-teladan yang mengaliri sejarah kita, diharapkan dapat memberi jalan bagi penemuan jatidiri pribadi kita.
Menelesuri waktu dalam rangkaian sejarah dan kebudayaan Islam di dunia Melayu ialah perjalanan panjang menyigi jatidiri kita sebagai umat sekaligus bangsa. Khazanah-Kenusantaraan berusaha menghadirkan masa lalu yang mengalir menjadi relevan dalam keseharian kita. Di mana kita dapat melihat jejak-jejak terdahulu menyambung terus sampai kepada Nabi, sampai ke keabadian. Semoga keseharian kita tak terpisah dari keseluruhan abad dan kekalnya waktu.
Keyakinan bahwa buku akan tetap tegar mendampingi kehidupan kita harus terus dirawat. Derasan media informasi tak dapat merampas harum bau kertas dan suara lembut lembar dibuka. "Buku" ialah ikhtiar berkenalan dan mengakrabi sekian pemikiran dan kedalaman. Dari buku ke buku, menabung kata. Dari makna menyambung makna, menuju pelataran hakikat. Semoga sampai.
Kita tidak boleh kehilangan cara berbicara yang wajar. Kita harus saling menyapa dan bertukar kata meski dunia semakin tenggelam dalam telepon genggam. Kita harus berbicara sebagai manusia, berbincang tentang banyak hal dengan seksama. Merawat wicara, menjadi manusia di "Bincang-bincang".
Berakal ialah hakikat manusia dan berfikir ialah ejawantah kemanusiaan itu. Merawat akal sekaligus cara berfikir ialah kewajiban kita sebagai manusia meski dunia dikepung jutaan kata berseliweran dalam detik dan alir darah. "Tafakur" ialah sebuah siyasat untuk menyelamatkan cara berfikir yang wajar di tengah segala jengah dan debum-debum ledakan bahasa yang disebabkan media masa yang semakin tak manusia.
Tuhan menciptakan peristiwa-peristiwa dan kita mengulasnya dengan akal dan seluruh kemanusiaan kita. Sebab tanpa itu, kita tak akan menemukan ayat, akan kehilangan alamat.
Menjaga kerutinan membaca ialah penting agar kita tidak disergap ketergesa-gesaan zaman. Kita akan bertemu setiap hari senin malam, mencicil membaca sebuah buku. Kita akan bersama dalam waktu yang lama, entah seberapa lama. Namun kita tak akan berpisah sebelum kata terakhir tuntas kita eja dengan seksama.